TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI
PENYAKIT
PERIODONTAL
Dibuat oleh :
Nama :
Zaenal Arifin
NIM : P133742519060
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
DIV
ALIH JENJANG KEPERAWATAN GIGI
2019/2020
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian terpenting bagi kehidupan
manusia, sehat secara jasmani dan rohani tidak terkecuali anak-anak, setiap
orang menginginkananaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini
dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain
kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan
gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut
merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak
dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum. Untuk mencapai kesehatan
gigi dan mulut yang optimal maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet
makanan jangan terlalu banyak makan yang mengandung gula dan yang lengket.
Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada
sistem pencernaantubuh manusia, sehingga secara tidak langsung berperan dalam
status kesehatan perorangan. Kebersihan gigi dan mulut
merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah dari terjadinya
penyakit-penyakit rongga mulut.
Gigi berlubang adalah merupakan salah satu
penyakit rongga mulut serta gangguan atau penyakit yang banyak terjadi, baik
pada orang dewasa maupun anak-anak. Maka dari itu, pemeriksaan gigi perlu
dilakukan secara rutin, karena umumnya gigi berlubang tidak menimbulkan rasa
nyeri di awal sehingga sulit dideteksi. Jika gigi berlubang tidak segera
diatasi, lubang akan membesar, serta berisiko menimbulkan infeksi dan gigi
busuk, serta gigi tanggal.
Gigi berlubang sendiri yaitu kondisi dimana gigi mengalami
kerusakan yang mengikis bagian luar (email) hingga bagian dalam gigi (dentin)
sampai membentuk gigi berlubang. Gigi berlubang disebabkan oleh penumpukan
bakteri pada mulut, sering mengkonsumsi makanan manis serta kebersihan mulut
yang tidak terjaga.
Penyakit periodontal merupakan satu dari dua
penyakit rongga mulut terbesar di dunia. Hasil survei morbilitas oleh Survei
Kesehatan Nasional (SURKESNAS) tahun 2003, menunjukan bahwa penyakit gigi dan
mulut menempati urutan pertama dari 10 penyakit yang banyak dikeluhkan
masyarakat Indonesia dengan prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok
umur mencapai 96,58% (Situmorang, 2004,
cit Tanjaya dan Elza, 2011).
Priodontitis sendiri adalah inflamasi dan infeksi yang
terjadi pada jaringan periodontal dan tulang alveolar penyangga gigi.
Periodontitis terjadi apabila inflamasi dan infeksi yang terjadi pada gingiva
(gingivitis) yang tidak dirawat atau perawatan yang tertunda. Infeksi dan
inflamasi dari gingiva menyebar ke ligamen dan tulang alveolar yang menyangga
gigi. Hilangnya dukungan menyebabkan gigi dapat terlepas dari soketnya.
Periodontitis merupakan penyebab utama tanggalnya gigi pada orang dewasa.
Penyakit ini jarang sekali terjadi pada anak anak tetapi meningkat seiring
bertambahnya usia (Fotek, 2012). Penyebab utama dari periodontitis adalah
akumulasi plak pada permukaan gigi. Peradangan pada mulanya hanya mengenai
jaringan gingiva dan bila berkelanjutan akan mengenai ligamen dan tulang
alveolar penyangga gigi. Karena plak mengandung bakteri, infeksi yang terjadi
dapat menyerupai abses dan meningkatkan kerusakan tulang (Fotek, 2012).
B.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dari penyakit periodontitis
2. Mengetahui
penyebab terjadinya penyakit periodontitis
3. Mengetahui
cara menjaga atau merawat gigi agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Penyakit
Periodontitis disebut juga penyakit gusi,
merupakan kondisi gusi dan struktur periodontal (sekitar gigi) mengalami
peradangan. Radang gusi ini adalah respon tubuh terhadap bakteri yang terkumpul
di gigi dan daerah sekitarnya. Meskipun merupakan bentuk dari sistem pertahanan
tubuh, periodontitis dapat menyebabkan kerusakan serius.
Penyebab utama penyakit periodontal adalah
mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi beserta plak bakteri dan
produk yang dihasilkannya. Beberapa kelainan sistemik juga dapat berpengaruh
buruk terhadap jaringan periodontal. Namun, faktor sistemik saja tanpa disertai
adanya plak bakteri tidak dapat menjadi pencetus terjadinya periodontitis.
Ada dua faktor yang mungkin bisa menjadi
pencetus penyakit periodontal tanpa adanya plak bakteri yaitu malignansi dan
trauma oklusi primer (Vernino, 2005). Periodontitis diawali dengan pembentukan
plak yang melekat pada permukaan gigi. Plak gigi itu sendiri merupakan lapisan
tipis biofilm multi-spesies yang mengandung kolonisasi bakteri, produk bakteri,
dan sisa makanan. Plak gigi penyebab periodontitis biasanya berada di
subgingiva yang kemudian meluas ke arah apikal gigi sehingga menyebabkan
peradangan pada jaringan periodontal (Herliana, 2010).
Mikroorganisme yang menyusunnya terdiri atas
sejumlah spirochete, bakteri gram negatif, dan bakteri yang mengelompok
membentuk formasi sikat botol atau formasi sikat tabung. Spesial bakteri gram
negatif tersebut antara lain Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia,
Actinobacillus (Aggregatibacter) actinomycetemcomitans, dan Fusobacterium
nucleatum (Vernino, 2005). Periodontitis biasanya berkembang dari gingivitis
kronis yang persisten, kemudian inflamasi dan produk bakteri tersebut menyebar
dari gingiva ke prosesus alveolaris (Gray, 2005).
Periodontitis agresif yang dahulu dikenal
sebagai juvenile periodontitis merupakan kelainan jaringan periodontal yang
lanjut dan cepat serta biasanya terjadi pada usia pubertas dan dewasa muda yang
sehat. Periodontitis agresif ditandai dengan hilangnya perlekatan jaringan ikat
dan kerusakan tulang alveolar secara cepat yang terjadi pada lebih dari satu
gigi permanen serta tidak berhubungan dengan iritasi lokal. Pada gejala awal,
walaupun secara klinis gingiva terlihat normal tetapi pada gambaran radiografis
ternyata mulai terlihat adanya kerusakan tulang serta terjadi perdarahan saat
probing pada poket periodontal (Fidary & Lessang, 2008).
Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans
merupakan bakteri yang dominan pada periodontitis agresif dengan frekuensi
sebesar 90% (Carranza et al., 2006). Bakteri tersebut mampu menembus jaringan
ikat gingiva hingga ligamen periodontal serta tulang alveolar, selain itu juga
memproduksi leukotoksin kuat yang akan membunuh neutrofil.
Terapi periodontitis agresif dapat berupa
terapi non bedah, bedah atau kombinasi keduanya yang disertai pemberian
antimikroba. Beberapa ahli melaporkan keberhasilan perawatan periodontitis
agresif dengan kombinasi pemakaian antibiotik. Pemakaian antibiotik ini bertujuan
untuk menghilangkan kelainan, mengurangi keganasan, mencegah komplikasi, dan
rekurensi penyakit. Prognosis dari periodontitis agresif sendiri tergantung
pada keadaan yang bersifat lokal atau menyeluruh, derajat kerusakan, dan usia
pada waktu pertama kali dilakukan pemeriksaan (Fidary & Lessang, 2008).
Pada pemeriksaan klinis periodontitis terdapat
peningkatan kedalaman probing, perdarahan saat probing, dan perubahan kontur
fisiologis. Selain itu juga bisa ditemukan kemerahan dan pembengkakan gingiva
yang biasanya tidak ada rasa sakit (Gray, 2005). Ada beberapa jenis
periodontitis, namun yang paling umum adalah periodontitis akut yang mana
sebagian penderitanya adalah orang dewasa.
Perawatan pada penyakit periodontal bisa
dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang dapat diberikan secara sistemik,
per oral atau topikal. Obat-obatan yang harus diketahui dalam perawatan
periodontal antara lain anti inflamasi, antibiotika, analgetika, dan
antipiretika (Suproyo, 2009). Antibiotik yang biasa digunakan dalam perawatan
periodontal misalnya metronidazol, ciprofloksasin, tetrasiklin, dan amoksisilin
(Preus & Laurell, 2003).
B. Gejala
Penyakit
Gusi
yang sehat terlihat kokoh dan berwarna merah muda pucat, serta menyokong gigi
dengan baik. Gejala yang nampak pada periodontitis di antaranya :
1. Gusi
bengkak.
2. Gusi
berwarna merah, gelap, atau keunguan.
3. Gusi
yang nyeri saat disentuh.
4. Gusi
yang berdarah dengan mudah.
5. Gusi
yang terlepas dari gigi, membuat gigi terlihat lebih panjang dari normalnya.
6. Terbentuknya
rongga di antara gigi.
7. Nanah
antara gigi dan gusi.
8. Napas
bau.
9. Gigi
goyang.
10. Nyeri
saat mengunyah
C. Pengobatan
Penyakit
Tujuan pengobatan periodontitis adalah
mengurangi peradangan, menghilangkan celah antara gusi dan gigi, serta
mengatasi penyebab peradangan gusi tersebut. Jika periodontitis belum parah,
petugas kesehatan gigi bisa memberikan obat kumur untuk menghilangkan bakteri
penyebab infeksi. Selain itu, scaling atau pembersihan karang gigi juga
diperlukan guna menghilangkan karang gigi dan bakteri dari permukaan gigi atau
bagian bawah gusi.
Jika bakteri dan plak bertumpuk di akar gigi,
maka metode root planing diperlukan untuk membersihkan dan mencegah penumpukan
bakteri dan karang gigi lebih lanjut, serta menghaluskan permukaan akar.
Selain itu, kuretase merupakan salah satu
prosedur dalam terapi periodontitis. Kuretase adalah pembersihan jaringan
granulasi yang mengalami inflamasi kronis yang terbentuk pada dinding lateral
poket periodontal. Jaringan granulasi pada poket periodontal mengandung
jaringan dengan inflamasi kronis, partikel partikel kalkulus dan koloni koloni
bakteri. Kalkulus dan koloni bakteri akan memperparah penyakit periodontal dan
menghambat penyembuhan walaupun sudah dilakukan scaling dan root planing
(Newman dkk., 2012).
D. Faktor
Resiko Terjadinya Penyakit Periodontitis
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit periodontal, antara lain yaitu :
1.
Merokok
3.
Kurang gizi
4.
Konsumsi obat-obatan yang mengurangi produksi air liur
E. Pencegahan
Terjadinya Penyakit Periodontitis
Periodontitis bisa dicegah dengan cara yaitu
sebagai berikut :
1. Menggosok
gigi minimal 2 kali sehari, yaitu setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam
2. Menggunakan
benang gigi setidaknya sekali sehari
3. Makan
dengan diet seimbang
4. Hindari
produk tembakau (Contohnya Rokok)
5. Periksa
gigi secara teratur dan lakukan pembersihan.
5.
Contoh Gambar Penyakit
Periodontitis
BAB
III
PELAKSANAAN
SURVEILANT
A.
Gambaran Umum Puskesmas
1. Tempat
/ Topografi
Puskesmas Klambu berada
diwilayah kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan yang berbatasan langsung dengan
wilayah kecamatan lain maupun kabupaten lain, yaitu :
a. sebelah
utara berbatasan dengan kecamatan sukolilo kabupaten Pati
b. sebelah
timur berbatasan dengan kecamatan Brati kabupaten Grobogan
c. sebelah
selatan berbatasan dengan kecamatan Godong kabupaten Grobogan
d. sebelah
barat berbatasan dengan kecamatan dempet kabupaten Demak.
Luas
wilayah kecamatan Klambu secara keseluruhan adalah 4.656.356 ha yang terbagi
dalam dua kelompok yaitu luas tanah sawah 2.260.630 ha dan tanah pekarangan
2.395.762 ha,dan mempunyai 9 desa yaitu desa Kandangrejo, Selojari, Taruman, Penganten,
Klambu, Menawan, Terkesi, Jenengan dan desa Wandan Kemiri.
Data
jumlah penduduk di wilayah Kecamatan Klambu
NO
|
Desa
|
Jumlah penduduk
|
||
L
|
P
|
Jumlah
|
||
1.
|
Kandangrejo
|
2.665
|
2.668
|
5.333
|
2.
|
Selojari
|
1.174
|
1.131
|
2.305
|
3.
|
Taruman
|
2.572
|
2.493
|
5.065
|
4.
|
Penganten
|
2.372
|
2.306
|
4.678
|
5.
|
Klambu
|
3.009
|
2.924
|
5.933
|
6.
|
Menawan
|
2.550
|
2.517
|
5.067
|
7.
|
Terkesi
|
3.211
|
3.131
|
6.342
|
8
|
Jenengan
|
1.396
|
1.338
|
2.734
|
9
|
Wandan
Kemiri
|
1.100
|
1.042
|
2.142
|
Jumlah
|
39.599
|
2. Jenis
– jenis Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
a. Pelayanan
Dawat Darurat
b. Pelayanan
Rawat Jalan
c. Pelayanan
Rawat Inap
d. Pelayanan
Persalinan
e. Pelayanan
Laboratorium
f. Pelayanan
Farmasi / Obat
g. Pelayanan
Gizi
h. Pelayanan
Rekam Medis
i. Pengelolaan
Limbah
j. Pelayanan
Mobil Ambulance
k. Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
l. Pelayanan
Loundry
3. Jenis
- jenis Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a. Posyandu
balita
b. Posyandu
Lansia
c. Posbindu
d. Saka Bhakti
Husada
e. Desa Siaga
aktif
f. Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
g. Kesehatan
Lingkungan
h. Pelayanan
Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
i. Pelayanan
Gizi
j. Pelayanan
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
k. Pelayanan
Penyakit Tidak Menular
l. Upaya
Kesehatan jiwa
m. Upaya
Kesehatan Sekolah
n. Upaya
Kesehatan Kerja
Selain
itu, Puskesmas Klambu juga mempunyai 2 (dua) Puskesmas pembantu yang juga
pelayanan setiap hari yaitu Puskesmas Pembantu Taruman (Pustu Taruman) dan
Puskesmas Pembantu Wandanmekiri (Pustu Wandankemiri)
B.
Analisis dan Interpretasi Data
1. Data
tabel Kunjungan Pasien di Poli UPTD Puskesmas Klambu Tahun 2019
No
|
Diagnosa
|
Jumlah
Pasien (Tahun 2019)
|
Total
|
|||||
Jan
|
Feb
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|||
1
|
Iritasi Pulpa
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Hiperemy Pulpaa
|
15
|
9
|
8
|
6
|
8
|
7
|
53
|
3
|
Pulpitis
|
10
|
12
|
10
|
8
|
18
|
13
|
71
|
4
|
Periodontitis
|
86
|
70
|
63
|
50
|
50
|
75
|
394
|
5
|
Persistensi
|
54
|
37
|
66
|
55
|
39
|
30
|
281
|
5
|
Lain-lain
|
8
|
5
|
3
|
4
|
5
|
9
|
34
|
Dari
tabel diatas dapat diketahui bahwa pasien dengan penyakit periodontitis
menduduki urutan paling banyak dengan total pasien 394 pada bulan Januari
sampai dengan Juni 2019.
2. Data Tabel
Penyakit Peridontitis Berdasarakan Umur pada Bulan Januari sampai dengan Juni
2019 di UPTD Puskesmas Klambu
Dari
Tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah penderita penyakit Periodontitis
sampai bulan Juni 2019 di UPTD Puskesmas Klambu kebanyakan terdapat pada umur
16 sampai dengan 44 tahun dan paling sedikit pada umur 0 sampai dengan 5 tahun.
3. Manfaat
dengan Program yang ada
Dari hasil survei diatas dapat dilihat bahwa
penderita periodontitis menjadi pernyakit gigi dan mulut yang paling banyak di
wilayah UPTD Puskesmas Klambu dengan penderita terbanyak pada umur sekitar 16
sampai dengan 44 tahun. Sehingga perlu adanya program atau kegiatan promotif
dan preventif yang dilakukan oleh petugas kesehatan gigi di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Klambu.
Kegiatan Promotif meliputi penyuluhan tentang
cara menggosok gigi yang baik dan benar, penyuluhan menjaga kebersihan gigi dan
mulut yang dilaksanakan di sekolah-sekolah, posyandu maupun di Pondok
Pesantren. Selian itu juga ada kegiatan pelatihan kader kesehatan dengan
harapan agar kader bisa memberikan contoh yang baik kepada masyarakat sekitar.
Untuk kegiatan preventif bisa dilakukan di
Puskesmas yaitu pembersihan karang gigi.
4. Monitoring
dan Evaluasi
Dari kegiatan yang telah dilaksanakan perlu
adanya kegiatan monitoring dan evaluasi, yaitu dengan melakukan survei ke
lapangan apakah masyarakat sudah menggosok gigi dengan baik dan benar serta
perlu adanya kesadaran dari masyarakat untuk periksa kebersihan gigi dan mulut
ke Puskesmas secara rutin.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil survei dan analisis data yang ada, menunjukkan
bahwa penyakit periodontal merupakan penyakit tidak menular tetapi penyakit ini
merupakan penyakit kronis, untuk itu perlu dilakukan berbagai tindak lanjut
dalam menangani kasus penyakit periodontal dalam hal upaya pencegahan. Untuk
itu perlu kerjasama dari pihak pemerintah, petugas kesehatan, dan masyarakat.
Untuk itu, program dalam kegiatan promotof dan preventif di masyarakat harus
dapat terlaksana dengan baik dan lancar dengan harapan masayrakat bisa sadar
akan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
B. Saran
1. Masyarakat
memahami akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
2. Masyarakat
menggosok gigi dengan baik dan benar
3. Masyarakat
mau untuk periksa gigi ke Pelayanan kesehatan secara rutin.
Daftar
Pustaka
Manson
JD, Eley BM,2013.Buku ajar periodonti. Jakarta:Hipokrates
Krismariono.
Agung, 2009. Prinsip-Prinsip Dasar
Scalling dan Root Planing dalam Perawatan Periodontal. Periodontic Journal:
1(1):1-5
Riset Kesehatan Dasar,
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen
Kesehatan, Republik Indonesia.
Rosad,
2009. Gingivitis, Perawatan Kesehatan
Gigi dan Mulut, jakarta.
Carranza
FA, Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, 2006. Clinical Periodontology. 10th edition. Saunders Com 8: hal 10- 4.
Corgel
JO., 2006. Periodontal therapy in the
female patient (Puberty, Menses,
Pregnancy,
and Menopause). In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Carranza’s clinical periodontology. 10th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier : hal
636-49.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar