Selasa, 17 Desember 2019

Stunting


Memahami Stunting pada Anak

Stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar yang dipakai sebagai acuan adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Hasil gambar untuk gambar stunting pada anak
Di Asia Tenggara, Indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stunting terbanyak. Pada tahun 2018, walaupun jumlahnya turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, masih ada 3 dari 10 balita Indonesia yang mengalami stunting.
Penyebab Stunting pada Anak
Stunting terjadi karena kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 hari pertama kehidupan, yaitu semenjak anak masih di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan protein.
Stunting pada anak bisa disebabkan oleh masalah pada saat kehamilan, melahirkan, menyusui, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI yang tidak mencukupi asupan nutrisi.
Selain nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh kebersihan lingkungan yang buruk, sehingga anak sering terkena infeksi. Pola asuh yang kurang baik juga ikut berkontribusi atas terjadinya stunting. Buruknya pola asuh orang tua sering kali disebabkan oleh kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antar kehamilan terlalu dekat.
Ciri-Ciri Anak Mengalami Stunting
Stunting pada anak akan terlihat dari perawakan anak yang kerdil saat mencapai usia 2 tahun, atau lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama. Selain pendek atau kerdil, anak yang mengalami stunting juga terlihat kurus. Walaupun terlihat pendek dan kurus, tubuh anak tetap proporsional. Tetapi perlu diingat, tidak semua anak yang pendek itu disebut stunting, yah.
Selain mengalami gangguan pertumbuhan, stunting pada anak juga memengaruhi perkembangannya. Anak dengan stunting akan mengalami penurunan tingkat kecerdasan, gangguan berbicara, dan kesulitan dalam belajar. Akibatnya, prestasi anak di sekolah akan buruk. Dampak lebih jauh dari stunting adalah pada masa depan anak, di mana ia akan sulit mendapatkan pekerjaan ketika dewasa.
Anak dengan stunting juga memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah, sehingga lebih mudah sakit, terutama akibat penyakit infeksi. Selain itu, anak yang mengalami stunting akan lebih sulit dan lebih lama sembuh ketika sakit. Stunting juga memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak. Setelah dewasa, anak akan rentan mengalami penyakit diabetes, hipertensi, dan obesitas.
Seluruh ciri-ciri anak stunting ini sebenarnya adalah dampak dari kurangnya nutrisi, seringnya terkena penyakit, dan salahnya pola asuh pada 1000 hari pertama kehidupan, yang sebenarnya dapat dicegah namun tidak dapat diulang kembali.
Mencegah Stunting pada Anak
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, gangguan tumbuh kembang akibat stunting bersifat menetap, yang artinya tidak dapat diatasi. Namun, kondisi ini sangat bisa dicegah, terutama pada saat 1000 hari pertama kehidupan anak, dengan cara sebagai berikut:
  • Penuhi kecukupan nutrisi ibu selama kehamilan dan menyusui, terutama zat besi, asam folat, dan yodium.
  • Lakukan inisiasi menyusui dini dan memberikan ASI eksklusif.
  • Lengkapi pengetahuan mengenai MPASI yang baik dan menerapkannya.
  • Biasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air, terutama sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar atau buang air kecil, meminum air yang terjamin kebersihannya, dan mencuci peralatan makan dengan sabun cuci piring. Semua ini dilakukan untuk mencegah anak terkena penyakit infeksi.
Bunda dan Ayah juga perlu memeriksakan Si Kecil ke Posyandu atau Puskesmas secara rutin, agar kenaikan berat badan dan tinggi badannya dapat dipantau, untuk kemudian dibandingkan dengan kurva pertumbuhan dari WHO. Pemeriksaan ini dianjurkan untuk dilakukan setiap bulan bagi anak berusia di bawah 1 tahun, dan setiap 3 bulan bagi anak berusia 1-2 tahun.
Selain pemantauan terhadap tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan rutin ini juga diperlukan untuk melakukan evaluasi kemungkinan terjadinya infeksi pada anak, seperti cacingan, TBC, infeksi saluran kencing, dan diare berulang.
Walaupun stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan yang tidak bisa diperbaiki, penanganan sedini mungkin tetap penting untuk dilakukan agar kondisi anak tidak semakin parah. Konsultasikan segera dengan dokter anak bila Si Kecil terlihat lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya.

Posyandu, Kader dan UKGM


Pengertian Posyandu, Kader dan UKGM

Hasil gambar untuk gambar ukgm



1.      Posyandu
a.       Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya. Posyandu juga sebagai perpanjangan tangan puskesmas dalam memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan dilaksanakan oleh kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari petugas puskesmas mengenai pelayanan keshatan dasar (Suhat, 2014)
Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
b.      Tujuan Posyandu
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk meningkatkan kesehatan bayi, ibu, pasanganusia subur dan pasangan usia subur.
c.       Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan, yaitu :
1)      Kegiatan Utama
a)      Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
b)      Keluarga Berencana
c)      Imunisasi
d)      Gizi
e)      Pencegahan dan Penanggulangan Diare
2)      Kegiatan Pengembangan
Dalam keadaan tertentu posyandu dapat menambah kegiatan baru, misalnya perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Penambahan kegiatan baru tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan utamanya diatas 50%, serta tersedianya sumberdaya yang mendukung.
d.      Manfaat Posyandu
Manfaat posyandu menurut Oktiawati (2016) adalah sebagai berikut :
1)      Bagi masyarakat
a)      Masyarakat akan memperoleh informasi melalui penyuluhan dan diskusi tentang kesehatan bagi ibu, bayi dan balita.
b)      Pertumbuhan balita bisa terpantau sehingga tidak mengalami gizi buruk.
c)      Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
d)      Bayi dan balita mendapatkan kapsul vitamin A sesuai jadwal pemberian.
e)      Ibu hamil dapat terpantau berat badannya, mendapatkan tablet tambah darah (fe) dan imunisasi tetanus toksoid (TT).
2)      Bagi kader
a)      Mendapatkan informasi kesehatan secara lengkap.
b)      Dapat berperan serta dalam pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan kesehatan ibu.
c)      Menjadi panutan karena telah mengabdi demi perkembangan anak dan kesehatan ibu.
e.       Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat atau keluarga yaitu bayi baru lahir, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan PUS.
f.        Pelaksana Posyandu
Pelaksana posyandu adalah kader yang difasilitasi petugas. Kader posyandu diharapkan :
1)      .Berasal dari anggota masyarakat setempat.
2)      Dapat membaca dan menulis huruf latin.
3)      Berminat dan bersedia menjalankan peran sebagai kader.
4)      Bersedia bekerja secara sukarela tanpa diberikan gaji.
5)      Memiliki kemampuan dan waktu luang.

2.      Kader
a.       Pengertian Kader
Kader merupakan seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat yang bertugas membantu kelancaran  pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan kesehatan di posyandu, sehingga seorang kader harus mau bekerja secara ikhlas dan sukarela, mau dan mampu melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan mampu menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan di posyandu (Ismawati dkk, 2010).
Kader kesehatan adalah anggota masyarakat yang bersedia dan mampu serta memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan UKBM secara sukarela. Kader kesehatan masyarakat sekarang telah diakui oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) dan aliansi tenaga kesehatan dunia sebagai komponen integral dari tenaga kerja kesehatan yang dibutuhkan untuk perkembangan dibidang kesehatan terkait dengan pencapaian tujuan pembangunan yang dirasa mampu untuk mencapai targetnya (Kemenkes RI, 2012).
b.      Peran dan Fungsi Kader
Peran kader secara umum adalah melaksanakan kegiatan pelayanan kepada masyarakat serta merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat desa. Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerak masyarakat adalah sebagai berikut :
1)      Peningkatan kesehatan ibu dan anak (KIA)
2)      Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
3)      Upaya penyehatan lingkungan
4)      Pemasyarakatan keluarga sadar gizi
5)      Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa
c.       Mekanisme Pembentukan Kader
Menurut Widayatun, 2012, mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjsama tim. Hal ini disebabkan karena kader yang akan dibentuk harus diberikan pelatihan kader terlebih dahulu. Sebelumnya telah dilakukan kegiatan persiapan tingkat desa yang berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksananya acara pembentukan kader. Calon kader berdasarkan kemauan dan kemampuan berjumlah kurang lebih 4 sampai 5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader antara lain :
1)      Calon kader yang akan dilatih
2)      Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama
3)      Tempat pelatihan yang bersih, terang dan cukup luas
4)      Adanya perlengkapan yang memadai
5)      Pendanaan yang cukup
6)      Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader)

3.      UKGM
a.       Pengertian UKGM
Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM) adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi dengan mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang berlandaskan pendekatan primary health care (posyandu, bina keluarga balita, polindes, ponstren dan taman kanak-kanak), merujuk kasus yang tidak dapat ditanggulangi ke sarana pelayanan yang lebih mampu, penyuluhan dan melakukan pencatatan atau pelaporan (Depkes RI, 2004).
b.      Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Kemenkes RI, 2012)
1)      Menumbuh kembangkan kemampuan dan potensi masyarakat.
2)      Menumbuih kembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
3)      Membangun semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan.
4)      Bekerja bersama masyarakat.
5)      Menggalang kemitraan dengan lembaga swadaya masyarkat dan organisasi masyarakat.
6)      Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.
c.       Konsep Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (Kemenkes RI, 2012)
1)      Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat.
2)      Meningkatkan kewaspadaan dan kesiagapan masyarakat terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan gigi dan mulut.
3)      Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
4)      Meningkatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
5)      Meningkatkan dukungan dan peran aktif berbagai pihak yang bertanggungjawab terhadapa kesehatan masyarakat.
d.      Indikator keberhasilan usaha kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2012)
1)      Indikator masukan (input)
a)      Ada atau tidak ada forum kesehatan masyarakat
b)      Ada atau tidak ada pengobatan gigi yang terintegrasi dalam polindes atau poskesdes
c)      Rasio kader kesehatan dibandingkan jumlah penduduk
d)      Rasio tenaga kesehatan dibandingkan jumlah penduduk
2)      Indikator proses (proses)
a)      Forum kesehatan gigi masyarakat
b)      Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terintegrasi dengan polindes atau poskesdes
c)      Kegiatan penyuluhan atau promosi kesehatan gigi dan mulut (PHBS gigi dan mulut)
d)      Prosentase kader kesehatan gigi dan mulut dan tenaga sukarela yang aktif dan berperanserta
3)      Indikator keluaran (output)
a)      Prosentase pelayanan terintegrasi
b)      Kunjungan tenaga kesehatan ke posyandu
c)      Jumlah masyarakat wilayah posyandu berkunjung ke puskesmas
d)      Jumlah masyarakat mengikuti penyuluhan
e.       Kelompok resiko tinggi penyakit gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012)
1)      Anak usia bawah lima tahun
2)      Ibu hamil
3)      Ibu menyusui
4)      Usia lanjut
5)      Kelompok pekerja
f.        Tahapan-tahapan kegiatan kader (Kemenkes RI, 2012)
1)      Menciptakan suasana nyaman dan mendorong kesiapan peserta untuk menerima materi sesuai dengan yang telah direncanakan dengan cara meminta peserta untuk menceritakan tentang pengalaman yang berhubungan dengan masalah kesehatan gigi dan mulut.
2)      Menyampaikan pokok bahasan mengenai gambaran umum kesehatan gigi dan mulut, pengertian dan fungsi bibir, gusi, lidah, gigi geligi dan jaringan lunak lainnya dengan membuat berbagai pertanyaan situasional dan mengungkit pengalaman pribadi peserta.
3)      Mengatur acara sehingga peserta termotivasi untuk berbagi pandangan dan bertukar pengalaman antar peserta.
4)      Menjelaskan kelainan dan penyakit yang terjadi pada gigi dan mulut, antara lain gigi berlubang, radang gusi serta karang gigi.
5)      Menjelaskan kebiasaan baik dan buruk pada kesehatan gigi dan mulut.
6)      Menjelaskan penyakit tubuh akibat kerusakan gigi.
7)      Menjelaskan kelompok masyarakat yang rawan terhadap penyakit gigi dan mulut, antara lain ibu hamil, anak balita, anak usia pendidikan dasar dan usila.
8)      Menjelaskan pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut dengan cara menggosok gigi yang baik dan benar, pemilihan sikat gigi, waktu menggosok gigi, penggunaan alat-alat bantu pembersih gigi, makanan yang dapat merusak gigi, makanan yang baik untuk kesehatan gigi, periksa gigi secara teratur.
9)      Menjelaskan pemeriksaan dan pengobatan seerhana terhadap penyakit gigi dan mulut.
10)  Menjelaskan tentang rujukan, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat.

Senin, 16 Desember 2019


Langkah – langkah Menyikat Gigi yang baik dan benar

Gambar terkait 

Anda mungkin sudah sering mendengar anjuran pentingnya menyikat gigi setiap hari. Selain mencegah berbagai masalah gigi dan mulut, kebiasaan ini juga baik untuk kesehatan tubuh secara menyeluruh. Namun, jangan asal rajin menyikat gigi. Pastikan juga kalau Anda menyikat gigi dengan cara yang benar. Teknik menyikat gigi yang salah justru dapat memicu berbagai masalah gigi dan mulut, lho! Lantas, bagaimana cara menyikat gigi dengan benar? 

Pakai sikat dan pasta gigi yang tepat
Sebelum menyikat gigi, Anda tentu butuh menyiapkan sikat gigi dan pasta giginya. Nah, seperti apa yang tepat?
Pertama, pilih pasta gigi yang mengandung fluoride. Fluoride adalah mineral yang berfungsi untuk melindungi dan memperkuat lapisan enamel gigi. Sementara untuk sikatnya, sesuaikan kepala sikat gigi dengan lebar mulut Anda. 
Kepala sikat dengan ujung yang kecil lebih memudahkan Anda menjangkau bagian gigi yang paling dalam. Pastikan juga sikat gigi yang Anda pilih memiliki gagang yang nyaman ketika dipegang. Dengan begitu Anda dapat menyikat gigi dengan benar. 

Cara menyikat gigi yang benar
Semua alat sudah tersedia? Nah, ini artinya Anda sudah siap untuk menyikat gigi. Berikut panduan cara menyikat gigi dengan benar yang perlu Anda perhatikan baik-baik.
Langkah pertama

Gambar terkait
Genggam sikat gigi Anda dengan menempatkan sudut kepala sikat agak miring dengan posisi membentuk sudut 45 derajat. Jadi, Anda tidak menempelkan keseluruhan permukaan bulu sikat di gigi, ya. 
Langkah kedua

Hasil gambar untuk gambar langkah pertama menggosok gigi

Anda bisa mulai menyikat dari gigi depan atau gigi geraham di salah satu sisi mulut. Sikatlah gigi Anda dengan gerakan melingkar dari atas ke bawah selama 20 detik untuk setiap bagian.
Teknik ini berfungsi supaya bulu sikat dapat mengeluarkan plak yang menyelip di batas gusi. Selama menyikat gigi, pastikan Anda tetap menjaga posisi bulu sikat sedikit miring membentuk sudut 45 derajat.
Langkah ketiga
Hasil gambar untuk gambar langkah pertama menggosok gigi

Sikatlah gigi yang biasa dipakai untuk mengunyah, yaitu bagian gigi yang dekat dengan pipi dan lidah, dengan gerakan maju mundur secara perlahan. 
Setelah bagian atas dalam tersikat, kemudian sikatlah bagian bawahnya. Pastikan semua permukaan gigi sudah disikat, sehingga plak atau sisa makanan yang menempel di gigi bisa hilang.
Langkah keempat
Hasil gambar untuk gambar langkah pertama menggosok gigi

Untuk membersihkan permukaan dalam barisan gigi depan, Anda harus memegang sikat gigi secara vertikal. Gunakan ujung kepala sikat gigi dan sikat dengan gerakan ke atas dan bawah, dari tepi gusi sampai atas gigi.
Langkah kelima
Hasil gambar untuk gambar langkah pertama menggosok gigi

Sama dengan langkah keempat, arahkan sikat gigi agak tegak untuk membersihkan gigi depan bagian bawah. Gerakkan sikat ke atas dan ke bawah pelan-pelan.
Ulang gerakan ini sebanyak 2-3 kali.
Langkah keenam
Hasil gambar untuk gambar langkah pertama menggosok gigi

Kadang-kadang, menyikat gigi dengan cara yang itu-itu saja membuat bagian lain yang tidak biasa dilewati bisa terabaikan. Itu sebabnya, bila diperlukan, Anda bisa mengubah pola menyikat gigi Anda yang biasa. Kuncinya satu, pastikan Anda menyikat gigi dengan cara dan gerakan yang benar. 
Anda akan menghabiskan waktu sekitar 2-3 menit untuk menyikat seluruh bagian gigi Anda. Setelah semua gigi tersikat, bilas mulut dan sikat gigi Anda dengan air sampai bersih.
Supaya lebih jelas, Anda juga bisa mencontoh cara menyikat gigi yang baik dan benar dengan menonton video berikut.

Jangan menggosok gigi terlalu keras
Beberapa orang mungkin merasa menyikat gigi keras-keras dan lebih lama membuat hasilnya lebih bersih. Apakah Anda salah satunya?
Padahal, cara menyikat gigi seperti ini tidaklah tepat dan efektif. Menyikat gigi dengan gosokan yang sangat kencang dan dalam waktu yang lama justru dapat merusak gigi secara permanen. 
Bagian dalam mulut Anda diselimuti oleh jaringan yang lunak. Nah, menyikat gigi terlalu keras dapat membuat jaringan gusi stres berat dan terluka. Akibatnya, gusi Anda bisa berdarah dan meradang.
Di samping itu, gesekan yang terlalu kencang juga dapat mengikis lapisan enamel gigi. Menipisnya lapisan enamel gigi merupakan asal mula dari gigi sensitif
Anda memang disarankan untuk rajin menyikat gigi setiap hari. Namun, Anda tidak disarankan untuk menyikat gigi lebih dari tiga kali sehari. Para ahli sepakat bahwa menyikat gigi dua kali sehari pada pagi dan malam hari sudah cukup.

Bagaimana mengetahui gigi sudah bersih setelah disikat?
Cara termudah untuk tahu apakahgigi Anda sudah bersih atau belum adalah merabanya dengan lidah.
Bila saat diraba lidah permukaan gigi terasa halus, artinya gigi Anda sudah bersih. Namun, jika permukaannya masih terasa kasar, itu berarti masih ada sisa plak yang menempel pada gigi Anda.
Maka dari itu, pastikan Anda menyikat gigi dengan cara yang benar. Selain itu, pastikan pula bahwa seluruh permukaan gigi sudah Anda sikat semua, ya!

Bersihkan lidah setelah menyikat gigi
Setelah menyikat gigi dengan cara yang benar, jangan lupa untuk membersihkan lidah. Membersihkan lidah penting dilakukan untuk menghilangkan bakteri penyebab bau mulut.
Anda bisa menyikat lidah dengan sikat gigi biasa atau menggunakan alat khusus pembersih lidah yang sudah banyak dijual di pasaran. Akan tetapi bila menggunakan sikat gigi, pastikan bagian belakang sikatnya ada sisi karet yang bertekstur bergelombang. Bagian belakang sikat gigi ini memang sengaja didesain bergerigi untuk membersihkan lidah.
Sikatlah lidah dari pangkal lidah yang paling dalam dan tarik perlahan ke depan dalam satu gerakan. Ulangi cara ini sebanyak 2-3 kali atau sampai Anda merasa lidah benar-benar bersih. Bersihkan juga samping lidah dengan cara yang sama. Terakhir, kumur dengan air bersih.
Idealnya bersihkan lidah Anda setiap kali habis sikat gigi di pagi dan malam hari. Bila Anda tak punya cukup waktu untuk melakukannya, Anda cukup membersihkan lidah satu hari sekali pada pagi hari.